Hai ambigulicious, gue balik lagi. Setelah Sekian lama vakum dari
dunia per-blog-an akibat That XX dan This YY (?) . Kali ini berkat seorang perempuan yang sebenarnya gue ragu dia perempuan atau bukan *plak, yang notabene adalah adik tingkat di kampus gue. Setelah nyaris tak pernah menyentuh blog ini lagi akhirnya ada seseorang yang berkunjung untuk membaca tulisan absurd gue. Ya, dia adalah adik tingkat gue. Dengan semangat membara dia menceritakan isi dari blog yang sebagian besar adalah tulisan-tulisan alay gue yang bisa bikin sakit mata kalo kelamaan baca. Gue terharu :') pada akhirnya ada juga yang menaikkan mood menulis gue kembali hahaha. Mungkin kapan-kapan gue harus traktir dia permen mil*ita sebiji.
Oke, postingan gue kali ini masih gak jauh-jauh dari kehidupan gue.
Ehem.
Perjodohan.
Satu kata yang kedengerannya udah
langka banget di jaman anak TK udah bisa pake komputer ini. Makhluk mana sih
yang menciptakan hal-hal bodoh seperti perjodohan? Sumpah, hidup itu memang
konyol dan susah di tebak. Gue dulu-beberapa waktu yang lalu-pernah mengalami
kejadian yang mirip seperti tayangan di sinetron-sinetron alay yang tayang di tv.
Gue beri judul “kisah tentang cowok kodok setengah buaya dan cewek setengah
polos yang buta”. Dengan alur yang mirip sinetron menjijikkan itu membuat
hari-hari tenang gue jadi kacau. Gue berpikir buat jadi duta jomblo teladan aja
ketimbang pacaran sama siluman buaya yang rata-rata gue temui dan ada di
sekitar gue. Tapi apalah artinya duta
jomblo kalo yang lebih menakutkan dari itu adalah the power of emak-emak. Yep,
emak gue berusaha merubah gelar kebanggaan gue dengan bentuk perjodohan.
Sebenernya ide gila itu bukan berasal dari emak gue tapi dari tante gue yang
katanya ponakannya yang jauh disana cocok sama gue yang imut ini. Dengan jurus
andalan layaknya seorang dagang yang sedang mempromosikan barang, beliau
mengatakan bahwa ponakannya ganteng dan sebagainya. Ajang promosi itu berakhir
dengan desakan memberi nama, nomer hp, nomer
togel, akun sosmed, alamat, dll. Bukan tante gue namanya kalo engga dapetin
semua itu. Gue bahkan gak tau wujudnya, gak tau mukanya, gak tau ukuran
celana nya, gak tau sifatnya. Tapi emak gue setuju-setuju aja. Di era
masyarakat udah mengenal film valak kenapa masih aja ada perjodohan yang
seharusnya cuma ada di jaman pithecantropus ereksiterus siti nurbaya.
Demi pantat kerang laut, gue pasrah. Sungguh, gue seperti mengalami kejadian
mirip drama-drama telenovela yang sering gue tonton. Dijodohkan-ketemu-berantem-benci-berubahjadicinta-menikah-bahagiaselamanya-end.
Menggelikan. Setelah dulu alur sinetron, sekarang alur drama, nanti alur apa?
Alur komedi? Alur mistis? Horor? Memang cobaan untuk orang jomblo gak ada habisnya
*poorme*.
NB: Jangan terlalu serius baca nya.
Salam jari kelingking
(Airin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar