Sabtu, 28 Maret 2015

Hey, you should to know

Dear you,
Oh ayolah, bukankah urusan kita sudah selesai? 
Kenapa kau masih saja mencari masalah denganku? 
Aku sudah merelakannya. Dan aku bahkan sudah berjanji padamu untuk tidak mendekatinya walaupun dia yang tetap mendekati ku. Aku juga sudah bicara padanya untuk menghapus perasaan masing-masing. Lalu apalagi? 
Aku sudah minta maaf karena aku sadar aku juga bersalah dalam hal ini. 
Kau gadis yang manis. Kupikir kau tipe orang yang pemaaf dan tidak akan memperpanjang masalah seperti ini. Tapi kurasa aku salah. Aku bahkan tidak bisa membencimu walau sebenarnya aku ingin. Entahlah, mungkin karena nama dan bulan lahir mu sama denganku. Aku merasa kalau aku membencimu itu sama saja dengan aku membenci diriku sendiri. 
Urusan kita sudah selesai dan kau bahkan masih tetap bersamanya. Lalu atas dasar apalagi kau masih tetap menghinaku? 

Someone must read this

Aku kenal seseorang. Dia teman sekelasku, namanya kodok. Dia kecil, cungkring, dan sungguh tidak ada istimewanya sama sekali. Tapi kenapa mata ku melihatnya berbeda? Aku tidak mengerti perasaanku. Kupikir ini hanyalah perasaan sesaat dan akan menghilang seiring berjalannya waktu. Tapi aku salah. Dia, orang itu menyatakan suka padaku tepat tanggal 6 desember tengah malam. Kupikir “Miracle in December” telah datang padaku. Tapi aku dibangunkan oleh kenyataan bahwa dia sudah memiliki pacar. Dan pacarnya itu memiliki nama panggilan yang sama denganku dan bulan lahir yang sama. Awalnya ku kira dia sama seperti pria playboy lainnya, sudah memiliki pacar tapi masih menyatakan suka pada gadis lain. Aku selalu berusaha menahan diriku dan meyakinkan diriku bahwa semua ini salah. Ini gak bener. Hentikan. Tapi dia berhasil meruntuhkan benteng yang selalu ku bangun. 8 januari, “Miracle in December” ku berakhir. Kupikir ini adalah sebuah awal yang bagus untuk melupakannya. Menghentikan semuanya. Dan memulai kehidupanku seperti sebelum-sebelumnya. Tapi pikiranku meleset.