Aku kenal
seseorang. Dia teman sekelasku, namanya kodok. Dia kecil, cungkring, dan
sungguh tidak ada istimewanya sama sekali. Tapi kenapa mata ku melihatnya
berbeda? Aku tidak mengerti perasaanku. Kupikir ini hanyalah perasaan sesaat
dan akan menghilang seiring berjalannya waktu. Tapi aku salah. Dia, orang itu
menyatakan suka padaku tepat tanggal 6 desember tengah malam. Kupikir “Miracle
in December” telah datang padaku. Tapi aku dibangunkan oleh kenyataan bahwa dia
sudah memiliki pacar. Dan pacarnya itu memiliki nama panggilan yang sama
denganku dan bulan lahir yang sama. Awalnya ku kira dia sama seperti pria
playboy lainnya, sudah memiliki pacar tapi masih menyatakan suka pada gadis
lain. Aku selalu berusaha menahan diriku dan meyakinkan diriku bahwa semua ini
salah. Ini gak bener. Hentikan. Tapi dia berhasil meruntuhkan benteng yang
selalu ku bangun. 8 januari, “Miracle in December” ku berakhir. Kupikir ini
adalah sebuah awal yang bagus untuk melupakannya. Menghentikan semuanya. Dan
memulai kehidupanku seperti sebelum-sebelumnya. Tapi pikiranku meleset.
Dia
kembali dan membuat semua rencana yang susah payah ku susun di otak ku
berantakan. Kupikir tak apa kalau aku mengikuti saja kemana jalan akan
membawaku. Tapi tak kusangka jalan itu dipenuhi krikil-krikil tajam yang bisa
membuatku kesakitan. Si kodok memutuskan pacarnya. Aku tak menyangka dia akan
melakukan hal itu. Apa karena aku mengatainya playboy, tukang tipu yang tidak
pernah serius? Hmm.. Dan kau tau apa yang lebih buruk dari itu? Pacarnya tau
tentangku. Aku bingung darimana dia tau media sosialku. Setelah kuselidiki
ternyata orang dalam. Teman sekelasku. Aku tidak tau apa motifnya melakukan
semua ini, menjadi informan wanita itu. Padahal dia lah yang selalu menggosipi
ku dengan kodok saat dikelas. Dan kini wanita itu salah paham, mengira aku lah
yang duluan memulai semua ini hingga si kodok mengacuhkannya dan meminta break.
Aku di hakimi dengan kata-kata yang tak mengenakkan. Aku hanya bisa bersabar.
Si kodok selalu minta maaf karena menyebabkan ini semua terjadi. Aku juga
merasa bersalah padanya. Aku tau bahwa wanita itu sangat sayang pada si kodok.
Aku tak tega melihatnya sakit hati, karena aku mengerti jika aku yang berada
diposisinya. Aku tak punya pilihan lain. Jika aku dengan kodok maka aku akan
terus dihantui rasa bersalah kepada wanita itu. Dan wanita itu pasti akan
sangat membenciku. Jadi kuputuskan untuk berbicara dengan kodok. Aku mengatakan
semua yang kurasakan dan keputusan itu berada ditangannya. Aku juga mengatakan
agar kodok mau memaafkannya dan kembali bersamanya. Aku rela mengorbankan
perasaanku untuk wanita itu. Karena aku sadar, aku hanyalah orang baru
dikehidupan mereka. Awalnya kodok sempat bimbang. Tapi aku terus meyakinkan
bahwa aku baik-baik saja. Aku tau dia terlihat tak rela dan tak tega tapi dia
tidak bisa berbuat apa-apa.
Ah.. kenapa
malah berakhir seperti ini? Kau tau, bukan kisah seperti ini yang kuinginkan.
Tapi tak apa karena aku kuat jadi aku pasti bisa. Dan dengan begini aku bisa
menjadi dewasa dan belajar banyak hal. Tentang pertemanan, perasaan, dan
pengorbanan. Jika kodok membaca tulisanku ini, aku hanya ingin mengucapkan ini
padanya, “terima kasih karena pernah menyukai ku, terima kasih karena aku jadi
bisa merasakan perasaan seperti ini. Seharusnya aku merasa bahagia. Ya.. begitu
seharusnya..”
Just for today,
I cry
Be happy
forever, good bye
It’s okay if you
think of me and smile sometimes
I’m fine thank
you
Thank you..
(Ladies’ Code –
I’m Fine Thank You)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar